MAROEBOEN

Maroeboen adalah nama sebuah Partuanon di Harajaon Tanoh Djawa, Simaloengoen pada masa jaman Kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur.

Minggu, 05 Agustus 2012

Partuanon Huta Bayu Marubun

Oleh : M Nur Irwansyah Sinaga SH.

Kronologi Partuanon Hutabayu Marubun

Raja SORGAHARI dari Kerajaan Tanah Jawa mempunyai 2 orang putra.
Putranya masing-masing bernama: 
1. Oesoel Madjadi.
2.  Djintanari.
ad 1. Oesoel Madjadi memperistri panak boru raja dari Simarimboen,
Dari perkawinan Oesoel Madjadi dengan istrinya memperoleh 2 (dua) orang putra bernama :
1. Angaranim
2. Djoengmani 

Oleh sang ayah  Raja SORGAHARI beliau diberi gelar Tuan Marubun dan diberi wilayah kekuasaan/Partuanon dengan nama Marubun
 Tuan Marubun memerintah serta mengatur hajat hidup rakyat diwilayah partuanon marubun tetapi tetap tunduk dibawah kekuasaan Kerajaan Tanah Jawa di Tanah Jawa sebagai Pemerintah Pusat.

Pusat Pemerintahan Partuanon Marubun terletak di Simpang Tangsi desa Balimbingan ( RS PTPN IV Balimbingan).
Wilayah Partuanan Marubun meliputi:
sebelah utara sampai dengan Tanggabatu,
sebelah selatan sampai dengan Taratak Bosar Maligas (Tinjoan),
sebelah Barat sampai dengan Simpang Hataran Jawa (Sungai Bah Hilang),
sebelah timur sampai dengan Pematang Tanah Jawa (istana Raja Tanah Jawa).

 Desa yang masuk wilayah Marubun meliputi desa, Timbaan, desa Pendawa Lima, desa Tangga Batu, desa Marubun Jaya, desa Nagori Bayu Marubun, desa Marimbun, desa Bosar Majawa, desa Taratak Bosar Maligas dan desa Hataran Jawa.
ad 2. Djintanari, memperistri panak boru raja dari Bandar.
 Dari perkawinan Djintanari dengan istrinya memperoleh seorang putra bernama : Timboel.
Karena kedua anak Raja Sorgahari sudah dewasa dan sudah berkeluarga raja membuat Kebijakan antara lain:
- Sebagai anak tertua Tuan Oesoel Madjadi dari Partuanon Marubun diangkat sebagai Pemangku Adat Kerajaan.

- Apabila raja mangkat maka  raja berikutnya (pengganti raja) adalah kedua putranya secara bergantian dengan persetujuan dari Tuan Marubun sebagai Pemangku Adat Kerajaan beserta Perangkat Kerajaan dengan mengadakan Harungguan Bolon, begitu seterusnya ke generasi berikutnya.
Setelah Raja Sorgahari wafat maka Oesoel Madjadi sebagai Pemangku Adat Kerajaan bersama dengan Perangkat Kerajaan Tanah Jawa mengadakan Harungguan Bolon (Musyawarah)  dengan keputusan mengangkat DJINTANARI sebagai Raja dan panak boru dari Bandar menjadi Puang Bolon Kerajaan Tanah Jawa.

Dimasa Pemerintahan Djintanari suatu peristiwa peperangan yang tidak dapat dihindarkan terjadi antara Kerajaan Tanah Jawa dengan Kerajaan Asahan. 
Didalam pertempuran tersebut Raja Djintanari tewas di pancung oleh B. Pane Raja Asahan.
Melihat peristiwa itu abangda Oesoel Madjadi tidak tinggal diam dan tampil kedepan membalas kematian adiknya kepada Raja Asahan dan membunuhnya.

Setelah perang berakhir maka diangkatlah Tuan Marubun yaitu OESOEL MADJADI sebagai Raja, selain raja beliau juga Pemangku Adat Kerajaan Tanah Jawa.
Oesoel Madjadi kemudian menikahi janda adiknya yang telah wafat dalam peperangan tersebut, dari perkawinan tersebut lahirlah seorang putra bernama Djimmalawan.
Setelah  Oesoel Madjadi wafat beliau di makamkan di lingkungan Rumah Bolon/Istana Tuan Marubun di Desa Balimbingan/RS PTPN IV Balimbingan (sampai saat ini kuburan tersebut masih ada disana) maka putranya nomor 2 yang bernama DJOENGMANI diangkat sebagai Tuan Marubun  dan juga sebagai Pemangku Adat Kerajaan Tanah Jawa.
Djoengmani tinggal di istana ayahnya di Simpang Tangsi.
Djoengmani mempunyai seorang putra bernama SANGGAH GORAHA diberi gelar Tuan Huta Bayu Marubun dan diberi wilayah Partuanon yaitu Huta Bayu Marubun.

Pada suatu masa Raja Tanah Jawa mengontrakkan (Konsesi) tanah kepada Belanda, tanah yang dikontrakkan termasuk wilayah kekuasaan Partuanon Marubun. Perusahaan milik Belanda tersebut bernama Handel Vreniging Amsterdam (HVA). Dengan alasan telah mendapat Konsesi dari Raja Tanah Jawa, pihak Belanda membakar Rumah Bolon/Istana Partuanon Marubun. Belanda sangat benci dengan Tuan Marubun karena tidak pernah mau tunduk kepada Pemerintah Belanda.

Karena wilayah Partuanon Marubun telah dikuasai oleh pihak perusahan Belanda dan dijadikan areal perkebunan Tuan Marubun pindah kerumah putranya Tuan Huta Bayu Marubun yaitu Sanggah Goraha. 
Di Huta Bayu Marubun inilah DJOENGMANI meninggal dunia dan dikebumikan disana, pada masa itu beliau masih menganut kepercayaan lokal.








Makam Opung Djoengmani yang berada di tengah sawah milik alm Tuan Haji Mangipuk Sinaga di Desa Huta Bayu Marubun (sebelum pemekaran) Kec Tanah Jawa kabupaten Simalungun (Foto: Jum'at 08 Juli 2012 )







 Pada tahun 1905 sampai dengan tahun 1912 Tuan Sanggah Goraha  (Tuan Huta Bayu Marubun) diangkat menjadi Pemangku Kerajaan Tanah Jawa.
Sama halnya seperti ayahnya, Sanggah Goraha tidak pernah mau tunduk didalam urusan pemerintahan belanda, karena prinsip Sanggah Goraha, dia dengan raja belanda mempunyai hubungan pertemanan sehingga kedudukan mereka adalah sederajat.
Prisipnya ini yang menjadi pemicu kericuhan dengan pegawai pemerintahan belanda dan Sanggah Goraha tidak pernah takut untuk menghadapinya dan setiap saat melakukan perlawanan.
Sejalan dengan perlawanan Sanggah Goraha dengan pegawai pemerintah belanda bersamaan dengan itu terjadi pemberontakan di Pondok Buluh di Tiga Dolok oleh rakyat dari Kerajaan Tanah Jawa karena kekejaman Marsose belanda.

Dengan perlawanan yang terus menerus tersebut Sanggah Goraha dikejar kejar oleh tentara belanda yang akhirnya Sanggah Goraha tertangkap oleh belanda dan dibuang ke Batubara.
Di Batu Bara beliau ditahan dirumah Datuk Batubara yang pada masa itu telah takluk dengan belanda.
Di Batu Bara inilah Sanggah Goraha memeluk agama Islam dimana penduduk Batubara pada umumnya pemeluk agama Islam.
Pada masa Tuan Djintar hendak dikukuhkan menjadi Raja Tanah Jawa seluruh Pembesar-pembesar/ Perangkat kerajaan Tanah Jawa tidak dapat melaksanakan Harungguan Bolon karena Pemangku Adat Kerajaan yaitu Tuan Sanggah Goraha tidak berada di tempat karena di tawan oleh Belanda di Batubara, sementara pihak Belanda mendesak Puang Bolon untuk segera mengangkat Raja yang baru. Puang Bolon kemudian meminta kepada Pemerintah Belanda agar Tuan Sanggah Goraha dibebaskan. 
Setelah mendapat keputusan bebas dari Pemerintah Belanda, Puang Bolon/permaisuri (ibunda Tuan Djintar) bersama pembesar kerajaan menjemput Tuan Sanggah Goraha ke Batubara. Dan Tuan Djintar dinobatkan menjadi Raja.
Pada tahun 1930 Sanggah Goraha meninggal dunia dan dimakamkan di sebuah bukit kecil di kampung Huta Bayu Marubun dan pemakaman itu menjadi pemakam keluarga dari Partuanon Huta Bayu Marubun. 
Putra dari Sanggah Goraha ada 3 orang yaitu :
1. Tuan Radja Ihoet Sinaga (Partuanon Huta Bayu Marubun).
2. Tuan Bindoe Sinaga (Partuanon Dolok Marubun)
3. Tuan Djintaradja Sinaga (Partuanon Marubun)
Pada masa Tuan Radja Ihoet menjadi Partuanon Huta Bayu Marubun, oleh Raja Tanah Jawa pada saat itu Raja Sangmadjadi, wilayah Partuanon Hoeta Bayu Marubun di mekarkan  menjadi 4 wilayah;
1. Huta Bayu Marubun di pimpin oleh Radja Ihoet,
2. Dolok Marubun dipimpin adik ke 2 nya Bindoe Radja,
3. Marubun dipimpin oleh Djintaradja adik bungsunya dan
4. Tangga Batu menjadi wilayah kepenghuluan yang pimpinannya diangkat dari rakyat biasa atas usul Tuan Radja Ihoet.
Hal ini dilakukan Raja Tanah Jawa atas desakan pemerintah belanda untuk memperlemah kekuatan Partuanon Huta Bayu Marubun yang merupakan keturunan dari Partuanon Maroeboen yang selalu memberontak kepada pihak belanda.




TUAN RADJA IHOET SINAGA
 (Partuanon Huta Bayu Marubun)


Toean Hoetabayoe Maroeboen
Collectie : KITLV
Bescrijving :Countroleur van Siantar en Toen Maroeboen Tanoh Djawa Radja Ihoet Sinaga (Rechts) bij een auto in de Batak Landen
Bijzonderheden : 23 Datering Opname, 1937-1941
Datum : 1945
Collektiy : Voorhoeve, Dr P / Barchem

Foto Radja Ihoet Sinaga thn 1988





Batu nisan Makam T Radja Ihoet Sinaga
Lahir tahun 1879 dan wafat tahun 1997 tutup usia 118 tahun, di makamkan disebelah makam ayah dan ibunya di bukit pekuburan keluarga.
istrinya boru Tindaon, seperti ibunya juga boru Tindaon.

Dari perkawinan ini mempunyai putra 2 orang dan putrinya 4 orang,

Tuan H Kaliamta Sinaga (Kacamata) & Tuan H Mangipuk Sinaga



















Putranya bernama :

1. Tuan H. Kaliamta Sinaga bin Tuan Radja Ihoet Sinaga
     Lahir   : Huta Bayu Marubun, 12 Agustus 1921. wafat : Jum'at, 8 Juni 2012, pukul 10.30 wib
     istrinya bernama Hj Sortailim br Damanik binti Tuan Sawadin Damanik (Radja van Siantar)
     Lahir : Pematang Bandar (P.Siantar)  Wafat: 1 Juli 1993 di Medan.

2. Tuan H. Mangipuk Sinaga bin Tuan Radja Ihoet Sinaga.
     Lahir  : Ht Bayu Marubun 5 Oktober 1926. Wafat : Jumat, 3 Pebruari 2012,  pukul 14.00 wib
    Dikebumikan Sabtu, 4 Pebruari 2012, ba’da zuhur.     
Putri-putrinya bernama :
1. Siti Kala binti Tn Radja Ihoet Sinaga (almh)
2. Siti Enim binti Tn Radja Ihoet Sinaga (almh)
3. Siti Nen binti Tn Radja Ihoet Sinaga (almh)
4. Siti Ahad binti Tn Radja Ihoet Sinaga

Setelah istrinya wafat dan dikubur di halaman rumah bolon Partuanon Huta Bayu Marubun, Tuan Radja Ihoet Sinaga menikah lagi dgn boru Manurung dan memperoleh 4 orang putra dan 2 orang putri.
putranya bernama :
1. Drs H. Amansyah Sinaga  bin Tuan Radja Ihoet Sinaga. (alm)
2. Tukarma bin Tuan Radja Ihoet Sinaga. (alm)
3. Sehatman bin Tuan Radja Ihoet Sinaga.
4. Ir Effendi Sinaga bin Tuan Radja Ihoet Sinaga.

putrinya bernama :
1.
2. Betty Sinaga binti Tn Radja Ihoet Sinaga



CUCU-CUCU Tuan Radja Ihoet Sinaga: 
Cucu dari anak laki-laki
 
 1. Hj. Siti Mauyum Sinaga  bin Tn H Kaliamta Sinaga
 2. Prof dr H Usul Majadi Sinaga SpB Finacs (K) Trauma bin Tn H Kaliamta Sinaga (alm)
 3. Prof dr Hj Siti Morin Sinaga M.Sc, Apt binti Tn H Kaliamta Sinaga
 4. Hj Siti Moyana Sinaga SE binti Tn H Kaliamta Sinaga
 5. Drg. Hj Siti Morani Sinaga  binti Tn H Kaliamta Sinaga (almh)

 6. M Nur Alamsyah Sinaga SH bin Tn H Mangipuk Sinaga
 7. M Nur Irwansyah Sinaga SH bin Tn H Mangipuk Sinaga
 8. Ir. Hj Nurlelan Sinaga binti Tn H Mangipuk Sinaga
 9. dr Nurlelin Sinaga  binti Tn H Mangipuk Sinaga
10. Ardi Bakhri Sinaga bin H Mangipuk Sinaga
11. Hj Nurlelun Sinaga SH binti H Mangipuk Sinaga
M Nur Irwansyah Sinaga SH beserta Keluarga
Perkawinan M Nur Irwansyah Sinaga SH


12. Syawalina Fitri br Sinaga SP
13. drg Syawalini br Sinaga
14. Jungmani Sinaga
15. Nunun br Sinaga
16.Mira br Sinaga
17. Hasanul Arif Sinaga SE SSit

18. Suisan  br Sinaga
19.
20. 
21. 

22. Uli
23.
24. 
25. Putra Sinaga

26.
27.
28. Beby br Sinaga
29. Sanggah Nugraha

Cucu dari anak Perempuan

30. Sopin Silalahi
31. Riama br Silalahi
32. Ir Sudirman Silalahi.
33. Basaria br Silalahi
34. Ir. Zakaria.
35. Riamsa br Silalahi

 36. Nurhayati br Damanik
37. Darwin Damanik
38. Darma Damanik SH MH
39. Nuriati SH (wakil Bupati Simalungun)
40. Kutong.
41. Burhan Damanik.
42. Netty br Damanik
43.            br Damanik
44. Ir Rabukit Damanik

45. Ros br Siahaan
46. Uli Sintong Siahaan
47. Murfi Siahaan
48. Timbul Siahaan
49. Darma Siahaan

50. Risma br Damanik SSos.
51. DR Rizal Martuah Damanik, MRepSc,PhD
52. Kartini br Damanik
53. Kiki Damanaik

54. Erwin Silalahi SSit
55.
56.
57.
58.
59.
60.

 Posted by eonesinaga di Senin, Mei 25, 2009, posting ulang & koreksi











                                                                                                 








































Tidak ada komentar:

Posting Komentar