MAROEBOEN

Maroeboen adalah nama sebuah Partuanon di Harajaon Tanoh Djawa, Simaloengoen pada masa jaman Kerajaan-kerajaan di Sumatera Timur.

Rabu, 19 September 2012

PEMATANG SIANTAR IBUKOTA KABUPATEN SIMALUNGUN


Disadur : Girsang Vision
Diteruskan : M Nur Irwansyah Sinaga SH.

Kota Pematangsiantar adalah salah satu kota di Provinsi Sumatera Utara, dan kota terbesar kedua di provinsi tersebut setelah Medan. Karena letak Pematangsiantar yang strategis, ia dilintasi oleh Jalan Raya Lintas Sumatera. Kota ini memiliki luas wilayah 79,97 km2 dan berpenduduk sebanyak 240.787 jiwa (2000).

Kota Pematangsiantar yang hanya berjarak 128 km dari Medan dan 52 km dari Parapat sering menjadi kota perlintasan bagi wisatawan yang hendak ke Danau Toba. Sebagai kota penunjang pariwisata di daerah sekitarnya, kota ini memiliki 8 hotel berbintang, 10 hotel melati dan 268restoran. Di kota ini masih banyak terdapat sepeda motor BSA model lama sebagai becak bermesin yang menimbulkan bunyi yang keras.

Wakil Presiden Republik Indonesia yang ke-3 Adam Malik, lahir di kota ini pada 22 Juli 1917. Kota ini pernah menerima Piala Adipura pada tahun 1993 atas kebersihan dan kelestarian lingkungan kotanya. Sementara itu, karena ketertiban pengaturan lalu lintasnya, kota ini pun meraih penghargaan Piala Wahana Tata Nugraha pada tahun 1996.

Sektor industri yang menjadi tulang punggung perekonomian kota yang terletak di tengah-tengah Kabupaten Simalungun ini adalah industri besar dan sedang. Dari total kegiatan ekonomi di tahun 2000 yang mencapai Rp 1,69 trilyun, pangsa pasar industri mencapai 38,18 persen atau Rp 646 miliar. Sektor perdagangan, hotel dan restoran menyusul di urutan kedua, dengan sumbangan 22,77 persen atau Rp 385 miliar.


Sejarah
Sebelum proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, Pematangsiantar merupakan daerah kerajaan Siantar. Pematangsiantar yang berkedudukan di pulau Holing dan raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik, yang memegang kekuasan sebagai raja tahun 1906.

Disekitar Pulau Holing kemudian berkembang menjadi perkampungan tempat tinggal penduduk diantaranya Kampung Suhi Haluan, Siantar Kahean, Pantoan,Suhi Bah Bosar,dan Tomuan. Daerah-daerah tersebut kemudian menjadi daerah hukum Kota Pematangsiantar yaitu :
Pulau Holing menjadi Kampung Pematang.
Siantar Bayu menjadi Kampung Pusat Kota.
Suhi Kahean menjadi Kampung Sipinggol-pinggol, Kampung Melayu, Martoba, Sukadame dan Bane.
Suhi Bah Bosar menjadi Kampung Kristen, Karo, Tomuan, Pantoan, Toba dan Martimbang.

Setelah Belanda memamusuki daerah Sumatera Utara, Simalungun menjadi Daerah kekuasaan Belanda sehingga pada tahun 1907 berakhirlah kekuasaan raja-raja. Controleur Belanda yang semula berkedudukan di perdagngngan pada tahun 1907 dipindahkan ke Pematangsiantar. Sejak itu Pematangsiantar berkembang menjadi daerah yang banyak dikunjungi pendatang baru, Bangsa Cina mendiami Kawasan Tiombang Galung dan Kampung melayu.

Pada tahun 1910 didirikan Badan Persiapan Kota Pematangsiantar. Kemudian Pada tanggal 1 Juli 1917 berdasarkan Stad Blad No.285 Pematangsiantar berubah menjadi Geemente yang mempunyai otonomi sendiri. Sejak Januari 1939 berdasarkan Stad Blad No.717 berubah menjadi Geemente yang mempunyai Dewan.

Pada jaman Jepang berubah menjadi Siantar Estate dan Dewan dihapus. Setelah Proklamasi Kemerdekaan Pematangsiantar kembali menjadi daerah Otonomi. Berdasarkan UU No.22/1948 status geemente menjadi kota kabupaten Simalungun dan Walikota di rangkap oleh Bupati Simalungun sampai 1957.

Berdasarkan UU No1/1957 berubah menjadi Kota Praja penuh dan dengan keluarnya UU No.18/1965 berubah menjadi Kotamadya, dan dengan keluarnya UU No.5/1974 Tentang pokok-pokok pemerintah di daerah berubah menjadi daerah tingkat II Pematangsiantar sampai sekarang.

Kecamatan

Kota Pematangsiantar terdiri dari 8 kecamatan yaitu:
Siantar Barat
Siantar Marihat
Siantar Martoba
Siantar Selatan
Siantar Timur
Siantar Utara
Siantar Marimbun
Siantar Sitalasari

Infrastruktur

Pendidikan

Di kota Pematangsiantar terdapat Sekolah Tinggi Theologia HKBP, yang kampusnya terletak di Jl. Sangnawaluh No. 6. Juga terdapat Universitas Simalungun atau disingkat USI. Selain itu kota ini juga tempat dimana Akademi seperti AMIK Multicom,AMIK Tunas Bangsa, dan AMIK Parbina Nusantara berdiri.

Terdapat juga sekolah-sekolah swasta besar seperti Methodist, Sultan Agung, Kalam Kudus, Taman Asuhan, Taman Siswa,SMK Parbina Nusantara,SMA Budi Mulia,SMA Bintang Timur dan SMA Seminari.

Sekolah-sekolah swasta tersebut telah menghasilkan murid-murid berprestasi yang bertanding di ajang-ajang olahraga nasional.

Secara total, Pematang Siantar memiliki 160 Sekolah Dasar, 43 Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama, 28 Sekolah Menengah Umum, dan 7 Universitas/Akademi.[2]

Di kota ini juga terdapat Museum Simalungun yang berisi koleksi peninggalan sejarah dan budaya Simalungun. Museum ini dikelola oleh Yayasan Museum Simalungun, dan berlokasi di Jalan Jendral Sudirman, di antara kantor Polres Siantar dan GKPS Sudirman.

Kesehatan

Terdapat 7 buah Rumah Sakit dari berbagai kategori di Pematang Siantar dengan kapasitas 597 tempat tidur.[3] Salah satu yang terbesar adalah Rumah Sakit Umum Daerah dr. Djasamen Saragih, dengan kapasitas 220 tempat tidur, yang dilayani oleh 7 dokter umum, 3 dokter gigi, dan 25 dokter spesialis.[4]

Rumah sakit di atas dibantu oleh 17 Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas), dan 10 Puskesmas pembantu. Selain itu terdapat 17 Balai Pengobatan Umum (BPU) dan 235 Pos Pelayanan Terpadu (Pos Yandu)

Transportasi

Pematang Siantar dapat diakses melalui 2 sarana transport darat, Bus dan Kereta Api. Secara umum, transportasi dalam kota dilayani oleh sarana Angkutan Kota dan Becak Motor atau Becak Sepeda. Terminal Bus terbesar di Pematang Siantar terdapat di Terminal Parluasan, yang merupakan titik transit bagi hampir seluruh Angkutan dalam dan luar Kota.

Nama-nama walikota Pematangsiantar

O.K.H. Salamuddin (1956 - 1957)
Jamaluddin Tambunan (1957 - 1959)
Rakutta Sembiring (1960 - 1964)
Abner Situmorang (1964 - 1964)
Pandak Tarigan (1964 - 1965)
Zainuddin Hasan (1965 - 1966)
Tarif Siregar (1965 - 1966)
Drs. M. Pardede (1966 - 1967)
Letkol Laurimba Saragih (1967 - 1974)
Kol. Sanggup Ketaren (1974 - 1979)
Kol. Drs. MJT. Sihotang (1979 - 1984)
Drs. Djabanten Damanik (1984 - 1989)
Drs. Zulkifli Harahap (1980 - 1994)
Drs. Abu Hanifah (1994 - 2000)
Drs. Marim Purba (2000 - 2005)
Drs. Nabari Ginting Msi (Pjs.) (2005 - 2005)
Ir. R.E. Siahaan (2005 - 2010)
Hulman Sitorus, SE (2010 - sampai sekarang)

Tokoh-tokoh dari Pematangsiantar
Adam Malik, Wakil Presiden Republik Indonesia ketiga
Dick Sudirman, tokoh bulu tangkis Indonesia
Syamsul Anwar Harahap, petinju Indonesia
Rudy Kousbroek, penulis dan eseis Belanda

Beragam Tutur Kekerabatan (Simalungun)


oleh : M Muhar Omtatok

Masyarakat Simalungun dibeberapa tempat di kecamatan Sipispis Kabupatn Serdang Bedagai, misalnya, mengenal beberapa ragam partuturan tersendiri. Tutur “Uppun”dipergunakan setara dengan tutur “Tulang”, “Ambei” sebagai pengganti tutur “Anturang”. Bahkan ada beberapa tutur lain yang mungkin saja dipengaruhi oleh resam Melayu, seperti “Atoq” (Ompung), “Ussu/Pakcik” (Bapa Anggi), “Ocik” (Inang Anggi) atau “Bundei” (Ambou).

Di wilayah bekas kerajaan Padang di Tebingtinggi. Turunan Raja Padang yang bermarga Saragih Dasalah serta turunan Datuk Bandar Kajum yang bermarga Damanik, sama sekali memakai tutur kekerabatan berdasarkan puak Melayu. Tutur Atok, Nenek atau Andong, Ayah, Abah, Akak, Ulong, Angah, Uncu, Pakcik, Makcik, Uwak dan sebagainya.

Jika Puak Melayu, misalnya, tutur Tengku Ayah untuk kalangan bangsawan, acapkali diucapkan dengan kata “Entu” (Ayahanda), sebutan Ibunda/Bunda/Bunde menjadi “Ende”, Emak Kecik menjadi “Makcik/Ocik”, Bapak Kecik menjadi “Pakcik”; diSimalungun bentuk ini juga ada.

Orang Simalungun juga biasa mengucapkan untuk tutur Mangkela menjadi “Kela”, Anturang menjadi “Turang”, Bapa Gian menjadi “Pagian/Kian” dan lain sebagainya. Dikalangan Bangsawan Sidamanik, merasa lebih akrab jika mengucapkan tutur Bapa menjadi “Apa” saja.

Partuturan dalam suku Simalungun di bagi ke dalam 3 kategori menurut kedekatan hubungan seseorang, yaitu

Tutur manorus (langsung)

Perkerabatan yang langsung terkait dengan diri sendiri.

* Ompung (baca Oppung): orangtua ayah atau ibu, saudara (kakak/adik) dari orangtua ayah atau ibu
* Bapa: ayah, dibeberapa wilayah yang berbatasan dengan kultur Toba ada yang menyebut Amang, yang berkolaborasi dengan resam Melayu ada yang menyebut Ayah
* Inang: ibu
* Abang: saudara lelaki yang lahir lebih dulu dari kita.
* Anggi: adik lelaki; saudara lelaki yang lahir setelah kita.
* Botou: saudara perempuan (baik lebih tua atau lebih muda).
* Ambou/Amboru: saudara perempuan ayah; saudara perempuan pariban ayah; saudara perempuan mangkela. Bagi wanita: orangtua dari suami kita; ambou dari suami kita; atau mertua dari saudara ipar perempuan kita.
* Mangkela (baca: Makkela): suami dari saudara perempuan dari ayah
* Tulang: saudara lelaki ibu; saudara lelaki pariban ibu; ayah dari besan
* Anturang: istri dari tulang; ibu dari besan
* Parumaen: istri dari anak; istri dari keponakan; anak perempuan dari saudara perempuan istri; amboru dan mangkela kita memanggil istri kita parmaen
* Nasibesan: istri dari saudara (Ipar) lelaki dari istri kita atau saudara istri kita
* Hela: suami dari puteri kita; suami dari puteri dari kakak/adik kita
* Gawei: hubungan wanita dengan istri saudara lelakinya
* Lawei: hubungan laki-laki dengan suami dari saudara perempuannya; panggilan laki-laki terhadap putera ambou; hubungan laki-laki dengan suami dari puteri ambou (botoubanua).
* Botoubanua: puteri ambou; bagi wanita: putera tulang
* Pahompu(baca:Pahoppu): cucu; anak dari botoubanua; anak pariban
* Nono: pahompu dari anak (lelaki)
* Nini: cucu dari boru
* Sima-sima: anak dari Nono/Nini
* Siminik: cucu dari Nono/Nini

Tutur holmouan (kelompok)

Melalui tutur Holmouan ini bisa terlihat bagaimana berjalannya adat Simalungun

* Ompung Nini: ayah dari ompung
* Ompung Martinodohon: saudara (kakak/adik) dengan ompung
* Ompung : ayah kandung dari ayah, kalau nenek perempuan disebut inang tutua
* Bapa Tua: saudara lelaki paling tua dari ayah
* Bapa Godang: saudara lelaki yang lebih tua dari ayah, di beberapa tempat biasa juga disebut bapa tua
* Inang Godang: istri dari bapa godang
* Bapa Tongah: saudara lelaki ayah yang lahir dipertengahan (bukan paling tua, bukan paling muda)
* Inang Tongah: istri dari bapa tongah
* Bapa Gian / Bapa Anggi: saudara lelaki ayah yang lahir paling belakang
* Inang Gian / Inang Anggi: istri dari bapa gian/Anggi
* Sanina / Sapanganonkon: saudara satu ayah/ibu
* Pariban: sebutan bagi orang yang dapat kita jadikan pasangan (suami atau istri) atau adik/kakaknya
* Tondong Bolon: pambuatan (orang tua atau saudara laki dari istri/suami) kita
* Tondong Pamupus: pambuatan ayah kandung kita
* Tondong Mata ni Ari: pambuatan ompung kita
* Tondong Mangihut
* Anakborujabu: sebagai pimpinan dari semua boru, anakborujabu dituakan karena bertanggung jawab pada tiap acara suka/duka Cita.
* Panogolan: kemenakan; anak laki/perempuan dari saudara perempuan
* Boru Ampuan: hela kandung yang menikahi anak perempuan kandung kita
* Anakborumintori: istri/suami dari panogolan
* Anakborumangihut: lawei dari botou
* Anakborusanina
Tutur natipak (kehormatan)

Tutur natipak digunakan sebagai pengganti nama dari orang yang diajak berbicara sebagai tanda hormat.

* Kaha: digunakan pada istri dari saudara laki-laki yang lebih tua. Bagi wanita, kaha digunakan untuk memanggil suami boru dari kakak ibu.
* Nasikaha: digunakan istri kita untuk memanggil saudara laki kita yang lebih tua
* Nasianggiku: untuk memanggil istri dari adik
* Anggi : adik
* Ham: digunakan pada orang yang membesarkan/memelihara kita (orang tua) atau pada orang yang seumur yang belum diketahui hubungannya dengan kita
* Handian: serupa penggunaannya dengan ham, tapi memiliki arti yang lebih luas.
* Dosan: digunakan tetua terhadap sesama tetua
* Anaha: digunakan tetua terhadap anak muda laki
* Kakak: digunakan anak perempuan kepada saudara lakinya yang lebih tua
* Ambia: Panggilan seorang laki terhadap laki lain yang seumuran atau bawahan.
* Ho: untuk orang yang derajadnya rendah. Atau panggilan bergurau bagi orang yang sudah akrab (sakkan).
* Hanima: sebutan untuk istri (kasar) atau pada orang yang berderajad lebih rendah dari kita (jamak, lebih dari seorang)
* Nasiam: sebutan untuk yang secara kekerabatan berderajad di atas (jamak, lebih dari seorang)
* Akkora: sebutan orang tua bagi anak perempuan yang dekat hubungan kekerabatannya
* Abang: panggilan pada saudara laki yang lebih tua atau yang berderajad lebih dari kita
* Tuan: dulu digunakan untuk keturunan Raja atau bangsawan
* Sibursog: sebutan bagi anak laki yang baru lahir
* Sitatap: sebutan bagi anak perempuan yang baru lahir
* Awalan Pan/Pang: sebutan bagi seorang Laki yang sudah memiliki Anak, misal anaknya Doni, maka Ayahnya disebut pan-Doni/pang-Doni.
* Awalan Nang/Nan: sebutan bagi seorang perempuan yang sudah memiliki anak, misal anaknya Doni, maka ibunya disebut nan-Doni/nang-Doni.


Tolu Sahundulan Lima Saodoran

Posted by : M Nur Irwansyah Sinaga SH.


Untuk mengetahui Susunan Masyarakat Adat di Simalungun dapat kita ketahui dari Falsafah Adat Simalungun yaitu  “Tolu Sahundulan Lima Saodoran” artinya 3 (tiga) kedudukan di sandang oleh 5 (lima) manusia.

3 (tiga) Kedudukan itu adalah :
1. Tondong
   2. Sanina
   3. Anak Boru

5 (lima) Manusia itu adalah :
1. Tondong
2. Sanina
3. Suhut
4. Anak Boru Jabu
5. Anak boru Mantori

Sebelum membahas 3 kedudukan diatas menurut fungsinya (hak dan kewajiban) harus di ketahui dulu apa yg di maksud dengan SUHUT,

SUHUT :
Suhut adalah tuan rumah yg mengadakan pesta atau pekerjaan yg berkaitan dengan Adat.
Misalnya: Suhut hendak mengawinkan anak Pria atau Wanita.
Tuan Rumah (Suhut) bersama dgn saudara2 se-Bapak dan se-Nenek disebut juga Suhut Sapangakkonon artinya saudara2 se-ayah dan se-nenek, teman bersantap.

TONDONG :
Kedudukan Tondong adalah yg tertinggi dari kedudukan manusia lainnya dalam fungsi Adat Simalungun.

Tondong itu dianggap Tuhan di bumi yg bgt mulia begitu dihormati dan kedudukannya  yg tertinggi di dalam suatu kekerabatan.
Tondong yg memberikan Restu (pasu-pasu) kpd anak borunya, selain dari Hak dan kewajibannya menurut Adat yg berlaku.

Tondong : merupakan kumpulan keluarga dari Istri dan Saudara2nya,
terdiri dari :
-       Orang tua (Paman) dan saudara dari Pengantin Wanita
-       Saudara laki2 dari Ibu (Tulang Pamupus)
-       Paman dari Paman (Tondong ni Tondong)

SANINA :
Merupakan saudara kandung, saudara dari lain nenek, saudara semarga,  semarga tp tdk mempunyai hubungan darah, pariban dari marga lain, teman sepergaulan.



ANAK BORU :
Adalah sbg pembantu utama didalam melaksanakan suatu pesta atau kerja jg  sbg protokol  dalam pelaksanaan acara adat dari pihak Tondong.
Anak Boru mempunyai kewajiban memberikan perlengkapan berupa barang2 yg diperlukan, kata2 nasehat dan petuah2 yg berguna.
Anak boru berhak menerima jambar boli (menerima boli ni boru) apabila Suhut mengawinkan anak boru
Anak Boru  berkewajiban memberi bantuan.(manumpaki) Suhut berupa uang tunai utk Sinamot (uang Mas Kawin) yg akan diserahkan Suhut kpd pihak mempelai wanita, dan berhak menerima jambar sesuai dgn ketentuan Adat.

Anak boru terdiri  dari :
Anak Boru Jabu : Ipar (suami dr adik perempuan), menantu dan Panogolan (Kemanakan = anak2 dr adik perempuan).
Suami dari anak Wanita dari keluarga  ambou dan suaminya (Anak boru Sintua) anaknya disebut Panogolan

Anak Boru Mantori : Kelompok keluarga dari suami saudara Wanita dan ipar2nya.


Dari penyelenggaraan pesta perkawinan ini, Keluarga Pengantin Pria menyebut TONDONG kepada pihak Keluarga Pengantin Wanita dan sebaliknya
Pihak  Keluarga Pengantin Wanita menyebut Anak Boru kepada Pihak Pengantin Pria, dan kedua belah pihak sama kedudukannya sebagai SUHUT di keluarga masing2.

Didalam pelaksanaan Adat posisi kedua belah pihak jg diatur :

Pihak Pengambil terdiri dari :
a. Suhut dan Sanina berkelompok di 1 sudut.
b. Tondong berkelompok di 1 sudut
c. Anak boru (jabu & Mantori)  berkelompok di 1 sudut.

Pihak Pemberi terdiri dari :
a. Suhut dan Sanina berkelompok di 1 sudut
b. Tondong berkelompok di 1 sudut
c. Anak Boru (jabu & Mantori ) di 1 sudut.

Duduknya pihak Tondong (pemberi) ditempatkan pada kedudukan terhormat (Iluluan) dan duduknya pihak Anak Boru (pengambil) ditempatkan berhadapan.

Posisi tsb diatas dalam upacara adapt disebut Horja Marhajabuon yaitu Acara Adat dalam pesta perkawinan Simalungun.

Martutur :

Artinya bercerita. Mengenai hubungan kekerabatan antara diri sendiri dengan orang lain sehingga dapat ditentukan kedudukan dirinya  dg lawannya bicara.didalam kedudukan Adat.
Masing2 saling bertanya bergantian atau berselang seling diantara pembicaraan mereka dan baru berakhir apabila kedua belah pihak telah dapat menentukan sebutan atau panggilan dalam hubungan pertalian kekerabatan antara mereka dikedua belah pihak.

Sebutan Kekeluargaan dalam Adat Simalungun) :

Tutur Langsung (Manorus)

Bapa = Bapak / Ayah
Inang = Ibu
Abang = Saudara laki2 yg lebih tua dr kita
Anggi = adik laki2
Botou (nasibotou) = Saudara  perempuan
Ompung =  Orang tua Ayah/ibu
Tulang = Sdr laki2 dr pihak ibu/pariban ibu, ayah dari besan.
Ambou = Saudara perempuan bapak/pariban bapak. Utk wanita : ibu dari suami, ambou suami, mertua dr ipar perempuan
Mangkela (Makkela) = suami dr saudara perempuan ayah
Atturang = Ibu mertua, istri tulang, ibu dari besan
Anak boru=: Pihak Ipar
Anggi/Ambia = adik laki2/panggilan kpd anak
Besan (nasibesan) = istri dr saudara lelaki istri kita (lawei) dan saudara istri kita.
Kaha = panggilan kpd istri saudara laki2 yg lebih tua.
Nasianggi =  panggilan kepada istri dari adik
Lawei = tutur laki2 kpd suami dari saudara perempuannya, tutur laki2 kpd suami dr anak perempuan ambounya (botou banua)
Botou banua = anak perempuan ambou, bagi perempuan = putra tulang
Gawei = tutur perempuan kpd istri saudara laki2nya
Niombah =
Panogolan = Anak dari saudara perempuan
Parumaen = Menantu perempuan, istri keponakan, panggilan amboru dan makela kpd istri kita.
Hela = Suami dr anak perempuan kita (menantu laki2) dan dari kakak/adik kita.
Pahompu = Cucu
Nono = Cucu dari anak laki2
Nini = Cucu dari anak perempuan/boru
Sima-sima = anak dari Nono/nini
Siminik = Cucu dari Nono/nini
Pargotong = Suami (lelaki yg sdh berkeluarga)
Pariban =  panggilan kpd sesama suami dr istri2 mereka yg bersaudara kandung

Tutur Kelompok (Holmouan)

Ompung Nini = ayah dari opung.
Ompung Martinodohon = saudara kandung dr ompung
Bapa Godang = Saudara laki2 tertua dari Bapak
Bapa Tua = Abang bapak
Bapa Tongah = Saudara laki2 Bapak yg urutannya dtengah
Bapa Anggian/Gian = Saudara laki2 Bapak yg di bawahnya (adik)
Tulang Pamupus = Sdr laki2 kandung dr ibu
Tondong = Sdr laki2 dr istri atau kelompok keluarga istri juga ibu kita
Tondong Bolon = Orang tua atau saudara laki2 dari istri/suami
Tondong Pamupus = Pambuatan ayah kandung kita
Tondong Mata ni Ari = Pambuatanompung kita
Tondong Mangihut =
Anak boru Jabu =
Panogolan = anak laki2/perempuan dari saudara perempuan
Boru Ampuan = Hela (suami dari anak perempuan kita)
Anak boru Mintori = suami/istri dari Panogolan
Anak boru Mangihut =  ipar dari sasudara perempuan
Anak boru Sanina =

Tutur Kehormatan (Natipak)

Kaha = panggilan kpd istri saudara laki2 yg lebih tua
              Wanita = utk memanggil suami boru dari kakak ibu
Nasi Kaha = panggilan istri kpd sasudara laki2 kita yg lebih tua.
Nasi Anggiku = panggilan utk istri dari adik .
Anggi = Adik
Ham = panggilan kpd org tua kita (yg memelihara kita) atau org lain yg sebaya
             Tp belum diketahui hubungan kekerabatannya dgn kita.
Handian = serupa penggunaannya dgn Ham, tetap menunjukkan lebih dr 1 org.
Dosan = panggilan sesama org yg sudah tua.
Anaha = panggilan org2 tua kpd anak laki2 yg masih muda.
Abang = panggilan kpd saudara laki2 yg lebih tua, atau derajatnya lebih tinggi
Kakak = panggilan anak perempuan kpd saudara laki2nya yg lebih tua.
Ambia = Panggilan sesama laki2 yg sebaya atau yg dibawahnya.
Ho = panggilan kpd org yg derajatnya rendah, atau panggilan bergurau krn akrab
Hanima = sebutan kpd istri (kasar), kpd org banyak yg lebih rendah derajatnya.
Nasiam = sebutan kpd banyak org yg derajatnya lebih tinggi.
Akkora = sebutan org tua kpd anak perempuan yg dekat kekerabatannya.
Tuan = digunakan utk kturunan Raja atau Bangsawan (masa Kerajaan).
Sibursok = panggilan kpd anak laki2 yg baru lahir.
Sitatap = panggilan kpd anak perempuan yg baru lahir.



Tutur didalam Tolu Sahundulan Lima Saodoran :

TONDONG :
Tulang Pamupus = Paman Kandung (Saudara Pria dari Ibu)
Tondong Bona = Kelompok ibu dan saudaranya dari bapak.
Tondong ni tondong = Paman dari paman kandung
Sanina ni tondong = Keseluruhan kerabat dari keluarga tondong.

SANINA :
Suhut Bona = Tuan rumah dan saudara kandung dari satu nenek
Suhut Bolon/sapangangkonon = Anak keturunan nenek dan saudara kandung
Sanina = saudara tuan rumah dari nenek yg lebih jauh, semarga, pariban dll

oleh Suhu Omtatok